Karya : Melati Sekar Utami
Dengan ikhlas...
Betapa hebat perjuangamu
Seluruh nafas dan raga
Kau pertaruhkan untukku
Kau sembunyikan lelahmu
Demi masa depanku
Kau pertaruhkan hidupmu
Demi kebahagiaanku
Sungguh mulia hatimu
Ibu...
Entah dengan apa aku membalasnya
Kau begitu tulus mencintaiku
Menjaga diriku dengan cintamu
Memberiku kedamaian
Membesarkanku penuh kebahagiaan
Dan hanya doa yang bisa kuberikan...
Ibu...
Terima kasih
untuk setiap senyum indahmu
untuk duniamu yang kau bagi untukku
Sungguh besar jasamu untukku
Selamat hari ibu
Ibu...
Dirimu bagaikan pelita dalam hatiku
Dirimu yang berjuang membesarkanku
Dirimu yang mempertaruhkan nyawa
untuk ku
Ibu...
Dirimu laksana embun pagi
Yang menentramkan jiwa ini
Sinarmu bagaikan bintang di langit
Yang menghiasi gelapnya malam
Maafkanlah diri ini
Yang tak bisa menjadi seorang yang kau
harapkan
Yang terlalu menyulitkan dirimu
Hingga terkadang membuatmu tenggelam
dalam kesedihan
Ya Allah..
Berikanlah ampunan untuk dirinya
Limpahkanlah segala kasih sayang pada dirinya
Serta lindungilah dirinya selalu
Aamin...
Karya: Laura Dhella Permata Eriyanti
Ibu
Kaulah penyemangatku
Kaulah yang membesarkanku
Tanpa dirimu aku tidak tahu
Alur ceritaku dan arah jalanku
Aku begitu mencintaimu
Aku begitu merindukanmu
Senyumanmu begitu sempurna untukku
Pelukanmu begitu hangat hingga aku selalu
terjaga dalam tidurku
Ibu
Terima kasih atas segala pengorbananmu
untukku
Aku hanya bisa berharap dan berdoa
Agar kasih sayangmu dan cintamu
Selamanya hanya untukku
Karya : Zharifah Zahra Kusuma Wardhani
Kenalin nama ku Misela Putri Kana aku adalah seorang siswi SMA, panggil saja kana, aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara, aku hidup dari keluarga yang sederhana dengan kebutuhan yang di bilang belum cukup memadahi, ibu ku adalah seorang pedagang kaki lima dan jika kalian bertanya dimana ayahku? Ayahku sudah di panggil tuhan sejak aku duduk di bangku SMP, ayahku mengalami kecelakaan yang parah dan saat ini aku hanya tinggal ber3 dengan ibu dan adikku.
“assalamualaikum ibu pulang”
“waalaikumusalam ibu, apakah ibu ingin di bikinkan teh hangat? Sepertinya ibu sangat lelah hari ini”
“boleh terimakasih nak, setelah mebuatkan ibu teh kalian makan ya, alhamdulillah ibu mendapat rezeki lebih dan bisa membelikan makanan dan susu untuk adikmu”
“alhamdulillah bu, terimakasih karena sudah bekerja sangat keras untuk aku dan adik"
Pada saat kami makan, ibu memandang kami dengan tersenyum. Senyuman hangat itu sangat membuat hati ku teduh. Lalu aku bertanya pada ibu mengapa tidak ikut makan bersama kami.
“kenapa ibu tidak ikut makan? Apakah ibu sudah makan?”
“ibu sudah makan, kalian saja yang makan, ibu tidak ingin melihat kalian kurus” kata ibu sambil tertawa kecil.
Tapi sebenarnya jawaban yang di buat ibu selalu berbohong karena setiap malam ibu rela memakan mie instan tanpa nasi atau minum air putih yang cukup banyak. Pada saat selesai makan aku ingin berjalan menuju kamar tapi aku tidak sengaja melihat ibu di dapur yang sedang memakan mie instan dan meminum banyak air putih untuk menganjal rasa laparnya. Tidak dirasakan air mata ku menetes begitu saja ketika melihat ibu yang rela tidak makan demi anaknya.
Pada pagi hari yang cerah aku sedang bersiap untuk pergi ke sekolah , sebelum pergi aku berpamitan pada ibu terlebih dahulu. Tapi saat aku akan berpamitan aku melihat ibu yang terduduk di lantai sambil memegangi perutnya, tapi saat aku berjalan ke arah ibu, ibu berusaha terlihat baik baik saja. Saat dijalan menuju sekolah aku selalu mencemaskan keadaan ibu. Siapa yang menjaga ibu? Ibu di rumah hanya dengan adikku yg berumur 4 tahun. Setelah pulang sekolah aku bergegas menuju ke rumah untuk melihat keadaan ibu dan membujuk ibu untuk pergi ke rumah sakit.
“ibu ayo ke rumah sakit, badan ibu panas sekali dan ibu selalu memegangi perut ibu”
“sudah tidak apa apa ibu hanya kecapekan dan mungkin perut ibu hanya sakit biasa, ibu hanya perlu istirahat saja nak”
“tidak bu ayo periksakan saja takut terjadi apa apa dengan ibu, alhamdulillah kana ada sedikit uang dari tabungan kana”
Setelah dengan beberapa rayuan ibu mau di bawa ke rumah sakit. aku ibu dan adikku segera ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan ibu. Dan pada saat ibu sudah selesai di periksa ternyata ibu memiliki mag akut itu terjadi karena telat makan dan ibu selalu mengkonsumsi mie instan. Setelah membawa ibu ku ke dokter kita pulang. Dan aku yang akan merawatnya di rumah. Ibu ku yang sudah merawatku hingga aku bisa sebesar ini dengan kebutuhan yang selalu di cukupinya walaupun dengan ekonomi yang sederhana.
Pelukan dan senyum hangat yang ibu berikan kepada anak anaknya mengajarkan ku bahwa apa artinya kasih sayang dari seorang ibu yang sangat tulus. Sekarang giliran aku yang akan merawat ibuku dan aku berjanji pada diriku sendiri agar bisa menjadi orang sukses agar bisa membahagiakan ibu dan adikku. Sekarang aku menyadari apa arti kebohongan itu, ibu ingin anaknya tercukupi dan tidak mau anaknya lapar. Ibu maafkan Kana yang belum bisa membantu ekonomi di keluarga ini tapi Kana akan berusaha menjadi anak yang mengabdi kepada ibu. Ibu terimakasih karena sudah bekerja keras dan selalu mecukupi kebutuhan keluarga, ibu adalah seorang wanita hebat yang kuat menjalani kehidupan ini dan selalu bisa memerankan sosok ayah yang baik bagi anak anaknya.
Pengorbanan Seorang Ibu
Karya : Aulia Putri
Ibu mengajarkanku banyak hal, terutama menjadi orang yang tegas. Ibu sangat pandai menutupi kesedihannya dengan ketegasannya. Ia selalu menerapkan dalam keluarga, dengan sifatnya seperti itu aku merasa harus menjadi wanita seperti dirinya. Tegas bukan dalam arti jutek dan galak, melainkan menjadi wanita yang teguh pada pendiriannya.
Ibuku menjadi sosok seorang teman bagiku. Seiring berjalannya waktu, hanya aku dan ibuku di rumah. Keakraban terus terjalin setiap harinya. Bercengkramah tentang hal yang tidak penting dan juga mendengarkan keluh kesahnya setiap saat. Hal ini yang membuat aku tidak mau melewatkan hari-hariku tanpa mendengarkan cerita-ceritanya.
Kesibukan yang terus datang disetiap harinya, membuat ibuku terkadang merasa semakin berkurang waktu bersama-sama. Setelah kakak pergi, hanya aku yang menjadi teman baginya. Ia selalu takut ketika aku memiliki kesibukan yang pada akhirnya nanti akan menjerumuskanku. Kalimat yang selalu ia berikan bernada tegas yang terus diingat, “Jangan macam-macam di luar sana, ya. Kamu wanita, harus jaga diri”. Kalimat yang selalu membuatku merasa selalu diingatkan olehnya.
Sekarang, usianya sudah menuju senja. Kekuatan tubuhnya pun akan berkurang. Aku tidak mau melewatkan sisa hari tuanya. Semua manusia di bumi ini pasti memiliki kesibukan, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk meluangkan waktu bersama ibu. Karier kapan pun dapat dikejar, tapi waktu bersama ibu tidak dapat diulang kembali dan hal itu sangatlah berharga.
Sekarang , hanya ibu yang mencari nafkah untuk anaknya. Tidak hanya menjadi seorang ibu, melainkan juga menjadi figur seorang ayah. Hal itu tidaklah mudah untuk seorang wanita yang berdiri
Setiap hari pergi pagi pulang malam demi mencari pundi-pundi rupiah. Pagi hingga larut malam bekerja tanpa lelah yang ia tau hanyalah anaknya dapat melanjutkan hidup dengan layak.
Setiap pulang bekerja, ia selalu mengeluh dengan emosi yang menggebu-gebu. Tanpa harus menghampirinya, aku melihat wajahnya yang menunjukkan bahwa ia lelah berjuang sendirian. Aku pun selalu merasa menjadi beban di keluarga ini.
Ibu adalah wanita yang sangat menginspirasiku. Jika semesta ini dapat berbicara, mungkin ia telah mengatakan bahwa ibuku adalah wanita yang hebat. Trimakasih Tuhan, aku dilahirkan dari rahim ibu yang hebat